Kulihat Pak Broto tidak menampakan ekspresi apapun dan akupun menjadi
semakin berani. Sesekali aku melakukan remasan lembut dan dengan nakal
aku mencari puting susunya. Oh, nikmaat sekali. Dengan perlahan aku
usap-usap pentil susu Pak Broto dengan ujung jariku. Terasa semakin
mengeras. Aku merasakan hembusan nafas Pak Broto saat dengan nakal aku
memelintir pentil itu. Dan kemudian kembali mengusapnya. Aku semakin tak
kuasa menahan diri. Tanganku yang lain segera memeluk punggungnya.
"Tubuh Bapak bagus"
Tak
bosan-bosan aku mengucapkan itu. Pak Broto hanya menatapku tanpa
reaksi. Ku peluk tubuh itu dengan erat. Gemas sekali dengan tubuh Pakar
lelaki dewasa ini. Dengan perlahan aku gigit bahunya sambil tanganku
meremas dadanya. Pak Broto hanya melenguh kecil. Aku semakin berani. Ku
pandangi wajahnya yang tampak sayu. Saya yakin sejak istrinya meninggal
dia belum pernah melakukan hubungan sex. Kembali ku gigit bahunya. Pak
Broto memejamkan matanya.
Dari balik kancing kemejanya kucoba
memasukan ujung jariku. Langsung kurasakan lebatnya bulu dada disana,
perlahan ku usapkan telunjuku, dan dengan berani aku copot satu kancing
bajunya. Oh.. Aku sudah tak kuat lagi menahan nafsuku. Tanganku sekarang
berada di dada Pakar Pak Broto. Aku seperti bermimpi bisa mengusap dan
meremas dada Pakar berbulu itu.
Pak Broto kembali melenguh
merasakan tindakanku. Dengan perlahan kembali ku buka kancing bajunya.
Ku usap bahunya dengan lembut. Terasa hangat. Memberanikan diri ku kecup
dadanya. Pak Broto ternyata tidak marah. Aku hanya mendengar dengus
nafasnya semakin kencang, berkejaran dengan deru air hujan di luar sana.
Aku
julurkan lidahku untuk menjilat pentil yang menantang itu. Pentil merah
muda yang di kelilingi bulu membelukar. Perlahan aku usapkan lidahku di
situ. Pak Broto kembali melenguh kali ini disertai cengkraman di
bahuku. Kembali kujilati pentil itu, ku putar-putar lidahku disana
sambil sesekali ku gigit dengan lembut. Oh nikmat sekali. Seperti anak
kecil yang menemukan tetek ibunya kemudian aku hisap pentil Pak Broto
dengan kuat sambil lidahku tak henti mempermainkannya. Desahan Pak Broto
makin kuat.
Dan tanpa ku duga tiba-tiba Pak Broto membanting
tubuhku di ranjang. Ia segera menindihku dan menyerbu bibirku dengan
ciuman-ciumannya yang kasar. Aku tersentak melihat reaksinya. Sejenak
aku terpana, tapi segera aku balas ciumannya. Bibirnya terasa lembut
melumat bibirku dan sesekali kumisnya menusuk-nusuk pipiku. Geli sekali.
Pak Broto terus menggumuliku seperti orang gila. Tapi aku merasakan
sensasi yang hebat dari tindakannya. Saat ia menghisap bibirku dengan
kuat aku segera menjulurkan lidahku dan ia segera melumatnya lidahnya
yang basah segera menari-nari di rongga mulutku. Oh ini nikmat sekali
Pak! Aku hanya bisa mencengkram punggungnya sambil meremas rambutnya.
Dengan
kasar Pak Broto kemudian membuka bajuku sambil terus menciumi leherku,
dan dengan ganas pula dia meremas dadaku. Aku terus menggeliat merasakan
rangsangan yang hebat ini. Dan aku makin tersentak saat kurasakan lidah
Pak Broto yang hangat dan basah menjilati puting susuku. Semakin kuat
aku meremas rambutnya. Dan Pak Broto semakin mengila. Disedot dan
digigitnya dadaku. Enath berapa tanda merah yang telah ia buat disana.
Tak tahan aku segera membalikan tubuh Pak Broto sehingga Pak Broto
terbanting dan kini berada di bawahku. Aku pandangi mukanya yang tampak
merah karena nafsu. Sesaat kami hanya saling berpandang. Dengan lirih
Pak Broto kemudian berkata.
"Maafkan Bapak, Nak. Bapak tak dapat menahan diri." Pak Broto memejamkan matanya.
"Tiga tahun Bapak tak pernah berhubungan badan lagi.. Dan Pak benar-benar tak kuat menahan rangsangan Nak Andra"
Mendengar
ucapannya yang begitu lirih aku merasa tersentuh. Perlahan ku usap
rambutnya yang mulai beruban. Dengan lembut ku kecup keningnya.
"Saya akan memuaskan Bapak"
Kupandangi
matanya dan dengan perlahan aku mengecup matanya yang perlahan meredup.
Bergeser, kucium hidungnya yang mancung, kemudian beralih ke bibirnya.
Dengan lembut aku lumat bibir jantan yang di penuhi kumis itu. Pak Broto
mengunakan bibirnya memberikan keleluasan pada lidahku untuk menelusuri
kelembutan dan keharumannya. Kali ini Pak Broto tampak lebih bisa
menahan diri.
Perlahan aku buka bajunya, Pak Broto sedikit
memiringkan tubuhnya memberiku kesempatan untuk membuka bajunya yang
sebenarnya sudah setengah terbuka dengan keusilanku tadi. Segera aku
memeluk tubuh Pak Broto. Oh hangat sekali. Kami kembali berciuman.
Tanganku terus bergerilya di atas tubuhnya dan aku merasakan tonjolan
yang keras di perutku. Pak Broto kemudian menyilangkan kakinya di
punggungku sementara ciuman kami semakin panas.
Kembali kutatap
wajah Pak Broto, belitan kakinya mulai mengendor. Dengan lembut aku
belai paha gempalnya sambil sedikit demi sedikit kulepaskan sarungnya.
Kulihat Pak Broto menegadahkan wajahnya dan aku semakin senang dengan
reaksinya. Belaianku semakin keatas. Aah, bulu-bulunya terasa kasar di
tanganku. Sesekali dengan gemas aku remas dan cubit. Saat tanganku
sampai pada kantung kasar berbulu, Pak Broto tampak tersentak. Dengan
lembut aku pegang dan membelainya. Pak Broto segera mencium bibirku tak
kuat menahan rangsangan yang ku berikan.
Belaianku kemudian
beralih ke tugu monasnya yang benar-benar telah berdiri sempurna, besar
sekali. Dengan gemas aku meremas kepalanya yang hangat dan mirip helm.
Dan Pak Broto semakin keras melumat bibirku.
Ah, kontol Pak Broto
mulai mengeluarkan precum. Ia benar-benar telah terangsang. Aku segera
melepaskan diri dari pagutan Pak Broto. Ia tampaknya keberatan. Tapi aku
hanya tersenyum melihat tatapannya. Aku segera menggeser tubuhku ke
bawah sambil menyapukan lidahku di tubuh Pak Broto. Saat tiba di
pusarnya aku segera menjilati sambil menusuk-nusukan lidahku di lubang
pusarnya. Pak Broto langsung memberikan reaksi dengan mencengkeram
kepalaku. Dan saat lidahku sampai di kontolnya desahan Pak Broto makin
keras.
Dengan perlahan aku jilati helemnya dan kemudian
batangnya. Terasa denyutan yang keras di sana. Kontol Pak Broto di
penuhi urat-urat besar dengan batang raksasanya. Tak sabar aku segera
membuka mulutku dan memasukkan jamur raksasa itu. Aku segera menyedotnya
sambil memutar-mutar lidahku di kepala helmnya. Desah Pak Broto semakin
kuat. Aku segera memajumundurkan kepalaku sehingga kontol Pak Broto
maju mundur di dalam mulutku. Dan Pak Broto tampak nikmat sekali
mengentot mulutku.
Kakinya segera memeluk tubuhku. Terasa pahanya
yang gempal dan berbulu menempel di pipiku dengan ketatnya. Aku
merasakan sentakan-sentakan kuat dari tubuhnya tiap mulutku menelusuri
batang kontolnya. Dan cengkraman Pak Broto makin kuat begitu juga dengan
desahannya yang makin memburu. Dan tak lama kemudian cengkraman itu
kurasakan makin kuat disertai dengan hentakan yang kuat sehingga ujung
kontolnya menyentuh kerongkonganku.
Tak lama kurasakan semburan
yang kuat di mulutku. Semburan yang terus menerus. Rasa hangat
menyelimuti mulutku oleh air maninya. Rasanya asin dan gurih aku segera
menelannya. Tapi tak semuanya tertampung di mulutku sebagian meleleh di
bibirku.
Setelah beberapa lama, semburan itu berhenti dan
cengkraman Pak Broto makin mengendor. Aku segera bangkit dan memeluk
tubuh Pak Broto. Pak Broto segera mencium bibirku yang belepotan
spermanya kami kemudian sama-sama menikmati sperma yang tersisa di
mulutku.
Setelah itu dengan kuat Pak memeluku. Ia kemudian
meremas kontolku yang tak seberapa besar bila di bandingkan dengan
miliknya. Aku menahan nafasku merasakan betapa lembut remasan itu. Tapi
aku kemudian menarik tangannya, aku tak ingin terburu-buru karena ku
tahu Pak Broto masih merasa lelah
"Kita bisa melakukannya nanti, Pak" Aku mengecup bibirnya yang dipenuhi kumis.
"Kita beristirahat dulu". Pak Broto tersenyum dan kemudian memelukku dengan hangat.
Setelah
beristirahat kamipun melanjutkan permainan. Kali ini aku memasukan
kontolku ke pantat kakek Broto yang di penuhi bulu. Kami melakukan itu
sampai malam dan akhirnya aku pulang dengan kaki yang lunglai. Sebelum
pulang kita telah membuat kesepakatan untuk bertemu lagi di saat rumah
sepi. Semoga Ciput sering keluar, agar aku bisa selalu bermain sex
dengan kakek broto. Tunggulah aku kakekku yang hebat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar