Hidupku berubah 180 derajat kala malam terkutuk itu terjadi. Ayahku dan
saya memang dari dulu selalu hidup berkecukupan, sampai suatu hari dia
menghabiskan semua uangnya dengan berjudi. Utangnya terlalu besar dan
dia tak dapat membayarnya. Malam itu, seorang pria seumuran ayahku
datang bertamu. Saya langsung disuruh masuk ke kamarku agar mereka bisa
berbincang-bincang dengan leluasa. Saya sama sekali tidak mendengar
apa-apa sebab kamarku jauh sekali dari ruang tamu. Berhubung capek, saya
pun tertidur pulas dan tidak mengetahui apa-apa. Saat itulah, kejadian
terkutuk itu terjadi.
Pelan-pelan pintu kamarku terbuka dan dua
bayangan orang menyelinap masuk. Tiba-tiba, lampu kamarku dinyalakan,
menebar cahaya ke mana-mana. Tentu saja saya terbangun. Saat itu, saya
hanya mengenakan celana dalamku saja, berhubung cuaca sedang panas.
"Papa? Ada apa?" tanyaku, berusaha membiasakan mataku dengan cahaya terang.
Kulihat
ayahku berdiri di samping ranjangku dengan pria tadi. Pria itu
sebenarnya cukup lumayan. Dia memang tidak ganteng, namun ada sesuatu
dalam dirinya yang menebar aura keseksian seorang laki-laki. Pria itu
juga Chinese, sama seperti ayahku dan saya. Badannya biasa-biasa saja,
tapi tetap nampak seksi. Saya sendiri agak bingung, kenapa saya
memikirkan keseksian pria teman ayah saya? Saya 'kan bukan homo.
"Nak, teman Papa ingin berkenalan denganmu. Kamu layani dia baik-baik, yach," jawab papaku.
Namun
ada sesuatu yang aneh dengan nada bicara ayahku. Seolah-olah dia sedang
menahan rasa bersalah. Saya mulai bingung, tak mengerti apa yang sedang
terjadi. Kebingunganku mulai berubah menjadi ketakutan saat teman
ayahku itu mulai melepas kemeja dan celana panjangnya.
Hanya
dalam waktu satu menit, dia sudah telanjang bulat dengan kontol ngaceng.
Saya takut sekali dan berusaha untuk menghindar. Namun teman ayahku
sudah keburu menangkapku. Saya meronta-ronta dn berteriak-teriak namun
percuma. Saya kalah kuat. Teman ayahku itu begitu kuat sampai-sampai
saya merasa seperti seorang anak kecil dalam cengkeramannya.
"Saya
paling suka sama anak cowok yang baru lepas dari masa remaja. Ayahmu
mengatakan bahwa kamu sudah berumur 20tahun. Benar gak?" tanyanya dengan
pandangan yang menusuk. Dengan penuh rasa takut, saya hanya
mengangguk-ngangguk.
"Dengarkan Om. Mulai saat ini, kamu adalah
milik Om. Kamu bukan anak papamu lagi karena papamu sudah menjualmu pada
Om. Papamu berhutang banyak apda Om dan tak bisa membayarnya. Dia lalu
menawarkan kamu pada Om sebab dia tahu bahwa Om paling doyan cowok muda
kayak kamu. Dan Om setuju. Maka mulai saat ini, kamu akan tinggal dengan
Om. Om akan menjadi papamu yang baru, Nak."
"Apa?" tanyaku, tak percaya.
Duniaku
serasa hancur berkeping-keping. Kupandang wajah ayahku dengan sorot
kekecewaan bercampur ketakutan. Namun ayahku tak berani memandang balik.
Kini saya tak punya tempat bernaung lagi. Saya telah dijual oleh ayahku
sendiri. Pegangan om itu mulai melonggar dan saya pun sudah berhenti
memberontak. Saya lemas menyadari kenyataan pahit itu.
Tapi om
itu tidak memberiku waktu. Dia langsung menurunkan celana dalamku dengan
satu tangan dan tersingkaplah kontolku yang setengah ngaceng. Saya
tentu saja mencoba mengelak namun gagal sebab saya dipegangi om itu.
Wajahku memerah saat om itu menikmati pemandangan mesum kontolku. Belum
pernah saya memperlihatkan kontolku pada siapa pun.
"Kontol yang
indah. Pasti loe sering coli kan? Soalnya om juga suka coli. Rasanya
enak sekali ketika pejuh menyembur keluar dari lubang kontol. Aahh.. Om
jadi ngaceng berat nih." Om itu menelurusi jari-jarinya di atas dada
telanjangku.
"Om terangsang liat loe. Om pengen ngerasain loe. Loe masih perjaka kan?" Saya mengangguk-ngangguk penuh ketakutan.
"Loe belom pernah coba seks homo kan?" Saya menggeleng-geleng.
"Bagus
sekali. Artinya kamu masih polos. Om bakal senang sekali memperkenalkan
dunia homo ama loe." Om itu menggosok-gosokkan kontolnya ke pahaku.
Saya
merinding sekali membayangkan akan disodomi olehnya. Saya bukan homo
dan tak mau jadi homo! Instingku menyuruhku untuk lari dan saya pun
kembali meronta-ronta. Om itu agak kewalahan kali ini. Dengan membabi
buta, saya menendang, mencakar, menggigit. Apa pun kulakukan asalkan
saya bisa bebas dari cengkeraman om homo yang bejat itu. Tepat pada saat
saya mengira saya dapat kabur, tiba-tiba ayahku mendatangi kami. Kukira
dia akan menolongku. Tapi dia malah ikut memegangi tubuhku dan
menahanku! Ayahku ingin sekali agar saya diperkosa.
"Tidak!" teriakku.
"Papa, lepaskan saya!"
Om itu hanya tertawa saja.
"Terlentangkan anak loe dan pegangin badannya kuat-kuat," katanya pada ayahku.
Tanpa
daya, saya diterlentangkan di atas ranjang. Kedua tanganku segera
diikat dengan tali rafia, membelengguku ke ranjang. Kedua kakiku
dipegang kuat-kuat oleh om itu. Dia tertawa penuh kemenangan. Ayahku
berdiri di samping ranjangku, membantu om itu untuk memegangi kakiku
agar saya tidak dapat menendang-nendang. Keringat sudah membanjiri
sekujur tubuhku. Saya sudah lelah meronta-ronta, saya kehabisan energi.
Kakiku pun terasa pegal-pegal.
Mau tak mau, saya pun berhenti
memberontak. Meskipun demikian, ayahku masih tetap saja memegangi
kakiku, takut kalau-kalau itu hanya taktikku saja. Saat kupandangi wajah
ayahku, rasa bersalah masih nampak di sana. Entah kenapa, saya jadi
kasihan padanya. Jauh di dalam lubuk hatiku, saya sadar bahwa ayahku
terpaksa menjualku demi membayar hutangnya sebab kalau tidak kami berdua
mungkin akan bernasib lebih buruk. Air mata menggenang di mata ayahku,
hatinya sakit melihat anak laki-laki satu-satunya terlentang telanjang
bulat dan akan disodomi oleh 'teman'nya.
Om itu berdiri di depan
kakiku yang terangkat lebar-lebar. Lubang anusku berkedut-kedut karena
hawa dingin. Kedua putingku sudah berdiri juga, nampak sangat
merangsang. Om itu meraih putingku dan memelintir mereka. Saya
mengerang-ngerang saat jari-jari om itu menyiksa putingku. Entah kenapa,
kontolku mulai mengeras dan menegang. Apa yang terjadi denganku? Kenapa
tiba-tiba saya merasa terangsang? Saya benci perlakuan om itu
terhadapku. Dia akan memerkosaku. Tapi kenapa kontolku menegang? Ini
sungguh tak masuk akal, pikirku.
"Ah, loe suka yah?" tanya om itu, memperhatikan kontolku yang ngaceng.
"Sudah gue duga. Loe ternyata homo juga." Om itu membelai-belai kontolku dengan satu tangan, mengagumi kontolku yang indah.
"Tidak!
Saya bukan homo! Lepaskan saya!" Meskipun saya sudah capek, tapi saya
masih punya suara, maka saya meneriakinya. Namun teriakan-teriakanku tak
mampu melelehkan hati om bejat itu. Dia juga bertekad untuk mengambil
keperjakanku dan dia akan menusukku dengan kontolnya.
"AARRGGHH!!" teriakku saat kontolnya memaksa masuk.
Saya tak berdaya melawannya. Kedua tangan terikat dan kaki terentang, serta dipegangi ayahku, saya hanya bisa pasrah.
"AARRGGHH.."
Saya mengerang lagi saat kepala kontol om itu membor anusku. Kucoba
untuk mengencangkan otot anusku rapat-rapat tapi sodokan-sodokan kontol
om itu malah makin keras. Keringat bercucuran membasahi wajah dan
badanku. Napasku terengah-engah, capek. Dan wajahku meringis-ringis,
menahan sakit. Pertahananku tak bertahan lama.
"AARRGGHH!!" PLOP! Kontol om itu mendadak masuk begitu saja, seolah-olah anusku jebol.
Saya
berteriak keras-keras saat kontol itu mendiami lubangku. Rasanya
sungguh perih. Anusku berkedut-kedut dengan rasa panas terbakar dan rasa
nyeri. Air mataku berlinang turun, tak kuasa menahan sakit yang
kualami.
"Ampun Om.. Saya tak kuat.. Ampun om.." Saya berpaling pada ayahku.
"Pa.. Tolong saya, Pa.. Sakit sekali.. Pa.." Namun ayahku hanya memandangiku dengan wajah sedih.
"AARRGGHH!!" erangku lagi saat om itu mulai menggerak-gerakkan kontolnya.
"Oohh..
Enak banget.. Aahh.. Sempit.. Hhoohh.. Gue ngentotin perjaka.. Aahh..
Pantat loe milik gue sekarang.." desah om itu sambil meraba-raba
badanku.
"Hhohh.. Rasa'in kontol gue.. Aahh.. Loe emang seksi.. Aahh.."
Seiring dengan hentakan kontolnya, saya hanya bisa mengerang-ngerang, serasa dibelah dua.
"AARGGH!! UUGHH!! AARRGGH!! AARRGGH!!"
Badanku
terguncang-guncang, om itu kuat sekali. Dapat kurasakan kontolnya yang
besar bergerak maju-mundur, menguasai lubang anusku. Saya telah ternoda,
diperkosa, dan disodomi.
Aku berpaling pada ayahku, saat dia
berkata, "Liat nih.. Hhohh.. Gue lagi ngentotin anak loe.. Hhohh.. Gue
menyodomi anak cowok loe satu-satunya.. Aahh.. Dia milik gue sekarang..
Hhoosshshh.." Kulihat ayahku menunjukkan ekspresi aneh. Dia terlihat
gelisah.
"Hhoohh.. Astaga.. Hhohh.. Loe suka yach? aahh.. Liat gue homoin anak loe?" Om itu menempelkan tangannya pada celana ayahku.
"Wah..
Aahh.. Kontol loe ngaceng.. Aahh.. Buka aja.. Ahh.." Om itu tertawa
kecil dan makin menggoda ayahku. Dengan kikuk, ayahku segera melepaskan
seluruh pakaiannya. Nampak kontolnya telah menjulang tinggi, keras dan
basah. Ayahku terangsang melihatku disodomi.
"Hhoohh.. Pantat anak loe enak banget.. Oohh.." erang om itu, terus membor anusku.
Bersambung...
saya mau jual diri ama gay...yang mint hubungi email aq mr.sakona@gmail.com,,,soalnya lagi butuh uang...umur 31 tahun
BalasHapus31 sudah tua. Gue mau brondong umur 15-17 tahun..yg polos mulus dan pusar bodong.
Hapus