Saya adalah anak tunggal papaku. Sejak dulu, kami hanya hidup berdua
saja. Mamaku telah lama bercerai dari papaku sejak saya masih SD kelas
1. Saya tak pernah mau tahu kenapa mereka bercerai. Sejak saat itu, saya
tinggal dengan papaku. Papaku itu ganteng sekali. Meskipun usianya
sekarang hampir mencapai 50, dia masih nampak awet muda. Rambutnya
memang agak beruban, tapi tak terlalu menonjol. Kerutan memang mulai
nampak di wajah tampannya itu namun tak sebanyak kerutan di wajah
kebanyakkan pria berusia 50an. Tubuhnya memang tidak atletis, dengan
sedikit lemak di bagian perut. Namun, secara keseluruhan, dia tak nampak
gemuk sama sekali.
Kami dekat sekali, selalu berbagi kegembiraan
dan kesedihan. Singkat kata, papaku itu papa yang terbaik sedunia. Saya
amat menyayanginya, sampai-sampai terkadang saya mengira saya telah
jatuh cinta padanya. Saya sendiri tak tahu bagaimana perasaan papaku
terhadapku. Yang kutahu adalah bahwa dia amat sangat menyayangiku
seperti seorang ayah menyayangi anaknya. Walaupun kami dekat sekali,
norma-norma kesopanan tetap kami jaga. Saya tak pernah sekalipun melihat
kontolnya, hanya sering melihat dadanya saja sebab dia suka berjalan
telanjang memakai celana dalam saja. Saya sendiri sangat pemalu, saya
tak mau papaku melihat tubuhku. Mungkin karena saya tak percaya diri
dengan bentuk tubuhku yang agak terlalu langsing. Tapi semuanya akan
segera berubah, tepat di malam ulang tahunku yang ke-18.
Malam
itu, saya memutuskan untuk tidur lebih awal. Sekujur tubuhku letih
sekali setelah latihan fisik di sekolah pagi tadi. Saya selalu benci
pelajaran olahraga, karena saya tak terlalu suka capek. Tapi sisi
baiknya, saya menjadi cepat mengantuk dan ingin tidur lebih pagi.
Seperti biasa, saya telah melolosi semua pakaianku, dan berbaring
telanjang bulat dengan nyaman. Bahkan saya tak ingin sehelai selimut pun
menutupi tubuhku. Rasanya nyaman sekali dapat bebas dari belenggu
pakaian yang harus kukenakan dari pagi sampai malam.
Dengan
cepat, saya terlelap, tak menyadari bahwa sesosok bayangan pelan-pelan
memasuki kamarku dan berdiri di sisi ranjangku. Tubuh telanjangku
menjadi menu utama matanya. Saya baru tersadar ketika dia menepuk-nepuk
pipiku dan membangunkanku. Begitu kedua matau terbuka, kulihat papaku
berdiri menatap ketelanjanganku. Meskipun keadaan di kamarku
remang-remang, namun cukup jelas untuk melihat segala sesuatu. Malu
sekali, cepat-cepat kututupi kontolku yang setengah ngaceng dengan
tanganku. 'Astaga, sudah berapa lama dia melihat tubuh telanjangku?'
pikirku, wajahku memerah seperti kepiting rebus.
"Tak perlu malu, anakku," katanya, duduk di sisi ranjang.
Satu-satunya
pakaian yang melekat di tubuhnya hanya celana dalamnya yang agak
terlihat usang. Bercak kekuningan nampak di bagian depan celana dalamnya
di mana kontolnya mulai mendesak ingin keluar. Astaga, papaku ereksi
melihat tubuhku!
"Kamu cakep sekali, anakku," katanya lagi, tangannya mulai membelai-belai bahuku.
"Ayolah, jangan kau tutupi kemaluanmu. Biarkan Papa melihatnya. Ayo."
Dengan
lembut, dia berusaha menyingkirkan tanganku agar kontolku terekspos.
Saya tak tahu harus berbuat apa selain membiarkannya.
"Anak Papa sudah besar, yah," komentarnya saat melihat kontolku mulai ngaceng.
"Bulu-bulunya
lebat sekali," tambahnya lagi saat melihat bahwa dasar kontolku
ditutupi bulu jembut yang rindang seperti hutan Amazon.
Saya tahu
apa yang sedang papaku lakukan. Dia ingin merayuku. Dia ingin
mengajakku untuk tidur dengnnya. Dia ingin bersetubuh denganku!! Agak
ragu, saya berkata,
"Pa, jangan, Pa." Kurasakan tangannya yang kasar membelai-belai kontolku.
"Kumohon, Pa. Jangan," mohonku lagi.
Sebagian
diriku memang ingin sekali bercinta dengannya, tapi sebagian lagi
melarang. Incest itu salah dan dosa, apalagi incest yang satu ini
melibatkan hubungan sesama jenis. Insting moralku memaksaku untuk
menolak rayuan papaku.
"Jangan takut, anakku. Papa takkan
menyakitimu. Papa hanya ingin bersamamu. Andai saja kau tahu betapa
sendirinya Papa selama bertahun-tahun." Sahutnya dengan nada sedih yang
mendalam.
"Alasan Papa tak menikahi wanita lain karena Papa sayang
padamu. Papa sengaja menunggu, sampai kamu cukup umur. Sekarang kamu
sudah berumur 18 tahun, anakku."
Kulihat jam weker di meja kecil
yang terletak tepat di samping ranjangku. Jam itu menunjukkan pukul 12
lewat 45. Itu berarti, sudah 45 menit lamanya saya berumur 18tahun. Saya
sudah dewasa!
"Papa punya sebuah hadiah ulang tahun untukmu, anakku."
Dengan
itu, dia berdiri. Kemudian, tanpa malu, papaku mulai melepaskan celana
dalamnya. Saya hanya dapat menatap kontolnya dengan pandangan tak
berkedip, takjub sekali. Kontol papaku indah sekali. Panjangnya nyaris
20 cm, keras seperti baja, dan ukuran kepala kontolnya besar sekali.
Bulu jembutnya tak selebat punyaku, mungkin kebanyakkan rontok.
"Pa, kenapa Papa menunjukkan batang Papa padaku?" tanyaku keheranan.
Seharusnya
saya memalingkan mukaku, namun tak kulakukan. Mataku terpaku pada
kontolnya yang menjulang tingi di depanku. Saya ingin melihat kontol
papaku! Entah kenapa, kurasakan gairah yang bergelora di dalam diriku.
Tanpa sadar, tanganku meraih ke depan dan menggenggam kontolnya. Aaahh..
Rasanya hangat dan keras. Kontol itu terasa amat hidup,
berdenyut-denyut dengan nafsu birahi.
"Ayo, pegang saja, anakku.
Ini hadiah Papa untukmu. Kamu sekarang sudah dewasa. Papa tak ingin kamu
terjerumus dalam seks bebas. Papa tahu kamu mungkin ingin tahu banyak
tentang seks. Papa akan ajarkan semua yang Papa tahu. Oh anakku, Papa
sayang sekali padamu."
Kedua tangannya yang besar dan kasar
meraba-raba punggungku. Kemudian, mereka beralih pada dadaku. Mulanya,
papaku meremas-remasnya secara perlahan, namun makin lama, remasannya
menjadi makin kuat. Tanganku ynag tadinya sibuk mengusap-ngusap kontol
papaku, kini mulai mengocok-ngocoknya, berharap papaku akan 'keluar'
sesegera mungkin. Nafsu mulai menguasai kami berdua. Desahan napas yang
memburu-buru memenuhi kamarku. Kami saling bertatapan, saling mengetahui
pikiran kami masing-masing.
Tiba-tiba, papaku memelukku.
Tubuhnya sangat besar dibandingkan tubuhku. Sebenarnya jika dia ingin
fitness, tubuhnya takkan kalah dengan tubuh Owen McKibbin, salah satu
cover Men's Health yang hampir seumur dengan papaku. Dengan tubuhnya,
papaku menindihku dan kami terjatuh ke atas ranjangku yang empuk. Kami
saling bertatapan, mencari persetujuan dari masing-masing pihak.
"Anakku,
apakah kamu menginginka Papa mengajarkanmu seks?" tanyanya, matanya
menatapku penuh harapan, berharap saya mengatakan 'ya'.
"Ya, Papa. Ajari saya. Saya ingin tahu bagaimana caranya untuk memuaskanmu, Pa. Ajari saya. Saya siap, Pa," jawabku.
Benteng
pertahananku runtuh. Sungguh tak mudah menolak rayuan ayah sendiri!
Ditindih seperti itu, saya dapat merasakan degup jantung papaku. Rasanya
kencang sekali. Kontolnya sendiri menempel pada anusku, berhubung
papaku sedikit lebih tinggi dariku.
Papaku bangkit dan melepaskan
tindihannya. Kemudian dia berdiri di sisi ranjangku sambil menyodorkan
kontolnya yang kini mulai basah dengan cairan precum. Dalam jarak
sedekat itu, akhirnya saya dapat melihat kontol papaku dengan jelas.
Kontolnya sama seperti kontolku, belum disunat. Tapi karena tegang luar
biasa, kepala kontolnya sudah keburu menyembul keluar dari kungkungan
kulit khitannya. Dengan bangga, kepala kontol itu berdenyut-denyut di
depanku, berkilauan dengan precum.
"Pelajaran pertama," kata
papaku, "Oral seks. Sekarang coba kamu kulum kontol papamu ini.
Pelan-pelan saja. Angap kontol ini seperti permen. Kulum dalam mulutmu
dan jauhi gigimu. Kemudian hisap terus sambil menjilat-jilat. Terus
lakukan itu sampai Papa ngecret."
"Baik, Pa."
Dengan patuh,
saya duduk, memegang kontolnya dan kemudian memasukkannya ke dalam
mulutku. Sayup-sayup terdengar desahan nikmatnya saat mulutku yang
hangat menyelimuti kepala kontolnya. Meskipun baru pertama kali sebatang
kontol bersarang di dalam mulutku, namun instingku mengajariku
bagaimana cara memuaskan kontol. Kuikuti saran papaku; kuhisap-hisap
kepala kontolnya dan kujilati kepala itu. Papaku mengerang-ngerang
seperti orang kesakitan. Saya malah semakin bersemangat. Pertama kali,
sejujurnya, rasa kontol itu agak aneh, sulit untuk melukiskannya.
Rasanya agak asin bercampur manis. Baunya pun sedikit pesing dan tajam.
Saya jadi teringat bau celana dalamku sendiri. Tapi lama-kelaman,
semuanya terasa enak.
Tanpa ampun, kusedot kontol papaku
sekuat-kuatnya. Mulutku telah berubah fungsi menjadi vacum cleaner.
Kubayangkan saya sedang menyedot sari buah kelapa dengan menggunakan
sedotan ajaib. Tiba-tiba rasa asin menyerang lidahku. Cairan licin mulai
membanjiri lidahku, mengalir keluar dari dalam lubang kontolnya. Saya
tahu cairan apa itu. Itu adalah precum. Saya sering melihatnya ketika
saya asyik mencoli kontolku sendiri. Papaku semakin bergairah, tubuhnya
sedikit terguncang karena nikmatnya hisapanku. Tangannya kembali
meraba-raba punggung dan dadaku. Papaku memang tahu benar cara
merangsang sesama pria.
".. Hhhoohh.. Hisap terus, nak.. Ooohh..
Yyyeess.. Hisap kontol Papa.. Aaahh.. Kontol yang dulu membuatmu..
Uuugghh.. Papa sayang kamu.. Hhoohh.."
Erangan-erangannya semakin lama semakin tak jelas terdengar. Yang lebih terdengar adalah suara deruan napasnya yang berat.
".. Hhoohh.. Uuugghh.. Hhhoosshh.. Aaahh.."
Terlalu
asyik dihisap oleh muluku, Papa rupanya ingin mengambil kendali.
Bagikan sedang mengentot, kontolnya didorong-dorong masuk ke dalam
mulutku. Terkadang kontol papaku masuk terlalu dalam sampai hampir
menutup kerongkonganku. Berkali-kali saya hampir tersedak namun selalu
dapat kutahan. Seiring dnegan waktu, nafsu menjadi smeakin besar,
mendorong spermanya keluar. Dengan lolongan keras, papaku menekankan
kontolnya dalam-dalam, tangannya mengcengkeram kepalaku kuat-kuat.
Berikutnya, kontolnya jebol. CCROOTT!! CCROOTT!! CCRROTT!!
".. AaaAARRGGHH..!!"
Bagaikan
air bah, pejuhnya menerjang masuk dan turun ke kerongkonganku. Tak ada
waktu untuk menghindar, apalgi papaku memegang kepalaku. Tak ada pilihan
lain. Terpaksa kutelan semua air maninya. Rasanya asin dan aneh. Saya
tak pernah mencicipi apapun dengan rasa aneh seperti itu. Tapi bairpun
aneh, menurutku rasanya lumayan enak. Jadi, tanpa protes, saya menelan
semua, habis tak bersisa. Sementara itu tubuh papaku masih
mengejang-ngejang, menuntaskan orgasmenya.
"AARRGHH!! UUGGHH!! OOHH!! AAHH.. UUHH.." begitu semuanya usai, papaku menarik kontolnya keluar.
Saya agak kecewa sebab saya masih ingin lagi. Papaku nampak letih sekali, keringat bermunculan dari pori-porinya.
"Pa,
saya suka nyedot kontol Papa. Enak, sih," sahutku, tersenyum mesum.
Setetes pejuh nampak mengalir keluar dari sudut bibirku.
"Baguslah. Papa harap kamu suka dengan hadiah Papa," jawab papaku, memelukku.
Ah,
pelukannya hangat sekali dan penuh cinta. Saya merasa aman sekali dalam
pelukannya. Ingin rasanya waktu berhenti selamanya agar papaku dan saya
dapat tetap berpelukkan seperti itu.
"Papa masih punya hadiah lain untukmu, anakku," katanya sambil melepaskan pelukannya.
Dengan
penuh cinta, papaku membaringkanku di atas ranjangku. Bantalku
diletakkan tepat di bawah pinggulku. Dengan demikian, pantatku
terekspos, sangat rawan untuk dikerjain. Papaku yang perkasa itu lalu
naik ke atas ranjang dan berlutut di depan kakiku.
"Papa mau
memberimu hadiah yang terbaik, nak. Pantatmu akan Papa isi dengan cairan
kelaki-lakian Papa. Kamu mau, 'kan?" Saya menganguk-ngangguk, tanda
setuju.
"Mulanya akan sakit, tapi kamu tahan, yah. Kamu 'kan
sudah berusia 18 tahun sekarang. Sebentar lagi kamu akan kuliah. Kamu
harus belajar untuk menerima penderitaan dalam hidupmu agar kamu kuat
menjalani hidup ini. Jadi, kamu harus sanggup menahan rasa sakit ini,
oke?"
Saya kembali mengangguk, mempersiapkan diriku untuk
menerima kontolnya. Papaku merentangkan kedua kakiku dan membukanya
lebar-lebar.
"Aaahh.. Lubang pantatmu seksi sekali, nak. Papa tusuk, ya?" Kembali saya mengangguk.
Setelah
mendapat izinku, papaku langsung menancapkan kepala kontolnya pada
anusku. Mulanya agak susah, yapi dia tetap memaksa dan mendorong.
"Ooohh.. Pa, tusuk pantatku, Pa.. Ooohh.. Ayo, Pa.. Saya sudah tak tahan lagi.. Ooohh.."
Saya
kemudian diperintahkan untuk 'ngeden' agar anusku terbuka. Meski
bingung, saya menurut saja. Begitu saya 'ngeden', tiba-tiba kontol Papa
yang besar langsung menancap masuk.
"AARRGGHH..!!" teriakku, sakitnya sungguh tak terkira.
Anusku
serasa terbuka lebar-lebar, terasa jelas gesekan antara kontolnya
dengan dinding dalam pantatku. Begitu kepala kontol Papa masuk dengan
suara PLUP! lubangku menutup dan mencekik batang kontol Papa. Saya
langsung merasa penuh sekali; kontol Papa terasa besar sekali di dalam
perutku. Anusku masih berkedut-kedut dengan rasa sakit seperti luka
bakar, tapi sampai sejauh itu saya masih sanggup bertahan.
"Ini
baru anak Papa. Papa bangga padamu, nak. Kamu sanggup menerima kontol
Papa yang besar ini. Sekarang Papa genjot, ya. Kamu harus bertahan, ok?"
Papa
menciumiku lalu kembali berkonsentrasi pada kontolnya. Begitu Papa
mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, saya mulai mengerang kesakitan.
Rasanya anusku akan robek, tak sanggup menampung kontol Papa.
".. Ooohh.. Pa, sakit sekali rasanya.. Aaahh.. Saya tak kuat.."
Mataku
berlinang air mata, saya menangis terisak-isak sambil menahan perih.
Tapi papaku tak mengindahkanku. Dia tetap menggenjot pantatku. Kasihan
sekali anusku. Sementara itu, erangan kesakitanku semakin menjadi-jadi.
Saya mencoba untuk meronta-ronta, namun tak berhasil. Saya juga mencoba
untuk menjauhi kontol papaku, namun kedua tangannya memegang kakiku
erat-erat. Sementara itu, melihat perlawananku, papaku malah menjadi
makin bernafsu.
Kontolnya didorong masuk sekeras mungkin
sampai-sampai saya mengira dia akan melubangi perutku. Terasa sekali
kontolnya meraba-raba ususku. Lalu tiba-tiba semua mulai berubah nikmat.
Saya tak tahu kenapa, tapi ada sebuah gelombang nikmat yang menguras
tenagaku. Tubuhku menggelinjang keenakkan seolah-olah saya sedang
orgasme. Rasa sakit masih tetap ada, namun tertutupi oleh rasa nikmat
yang berlipat ganda itu.
Napas papaku semakin memburu-buru.
Keringat mulai berjatuhan dari wajahnya dan membasahi perutku.
Pandangannya serius sekali, terkesan sedikit garang.
".. Hhhooh..
Hhoohh.. Pantatmu sempit sekali.. Aaahh.. Enak.. Aaarrgghh.. Papa
genjot lebih kuat lagi ya? Uuugghh.. Hhoosshh.." Tubuh kami
terguncang-guncang sampai-sampai ranjangku berderak-derak. Saya khawatir
ranjangku akan rubuh, berhubung tenaga papaku besar sekali.
".. Ooohh.. Nak, Papa hampir sampai.. Hhhoohh.. Aaahh.."
Saya paham benar apa yang akan terjadi selanjutnya. Papaku akan ngecret! Untuk merangsangnya, saya mulai berkata-kata kotor.
".. Uugghh.. Ayo, Pa.. Ngentotin pantat anakmu ini.. Hhhohh.. Kontol Papa gede banget.. Ooohh.. Ngentotin saya, Pa.. Uuuhh.."
Usahaku
berhasil sebab Papa semakin bersemangat. Ritme ngentotnya begitu cepat
dan bertenaga. Anusku dihajar habis-habisan, tanpa ampun sedikit pun.
Saya tak menyangka bahwa papaku jantan sekali. Saya membayangkan betapa
repotnya Mamaku dulu karena harus melayani nafsu kuda pejantan ini.
Siapa yang mengira bahwa papaku akan mengentotinku seperti saat ini.
".. AARRGGHH..!! Papa is.. CccCCUUMMINNGG!!" teriaknya, sok memakai bahasa Inggris.
CCRROTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!!
Pejuhnya
yang sepanas lava menerjang masuk, 'menghanguskan' isi pantatku. Setiap
kali kontolnya menembakkan sperma, papaku melenguh seperti kerbau.
"UUGGHH..!! UUGGHH!! UUGGHH!! HHOOHH.."
Tubuhnya kelojotan, tetap berpegangan erat pada kedua kakiku yang terentang lebar-lebar.
"Uugghh.." desahnya saat tetes pejuh terakhir menetes keluar dari lubang kontolnya.
Papaku
terbaring lemas, menimpa tubuhku. Napasnya yang panas mendera wajahku.
Sebelum saya sempat ebrkata apa-apa, Papa tiba-tiba membalikkan badannya
sambil memelukku. Jadi kini Papa berbaring di bawah sementara saya
berada di atas tubuhnya yang bersimbah keringat.
"Giliranmu,
anakku. Duduk di atas perut Papa dan kocok kontolmu. Papa ingin melihat
pejuhmu tersembur keluar. Ayo, nak. Demi Papa. Mau 'kan?" bujuknya,
membelai-belai rambutku.
"Tentu saja, Pa."
Saya duduk
sementara kontol Papa masih bersarang di dalam pantatku. Papa memang
hebat. Meskipun sudah ngecret dua kali, kontolnya masih saja tegang.
Saya menunduk dan menyaksikan betapa ngacengnya kontolku itu. Kepala
kontolku yang berwarna agak keungu-unguan itu berdenyut-denyut, dilumuri
precum. Tanpa malu-malu, saya menggenggam kontolku dan mulai
mengocoknya. Kontolku terus kukocok, naik-turun, naik-turun,
naik-turun..
"Ooohh.. Hhhoohh.. Hhhoosshh.. Aaahh.. Uuuhh.."
Detak jantungku semakin cepat dan napasku semakin memburu. Sebentar saja, kontolku pun memuntahkan pejuhnya.
"Hhoohh.. Pa, saya ngecret.. Ooohh.."
CCRROOTT!! CCRROTT!! CCRROOTT!!
"AARRGGH..!! PPAAPPAA..!!" erangku, tubuhku mengejang-ngejang.
Untung
saja kedua tangan papaku yang kuat memegangku sehingga saya tak
terjatuh. Orgasme menguasaiku dan membutakan semuanya. Yang saya
pikirkan hanyalah orgasme dan ejakulasi. Pejuhku terpancar jauh mengenai
wajah papaku. Semakin ditembakkan, jaraknya semakin berkurang. Sekujur
tubuh papaku penuh dengan noda-noda spermaku.
".. Aaarrgghh.." desahku ketika semuanya berakhir.
"Oh, anakku yang manis," papaku berbicara.
Tangannya
menarik tubuhku sehingga saya pun jatuh menindih tubuh ayahku yang
besar. Putingnya yang selalu kencang mengosok-gosok dadaku. Spermaku
menempel pada tubuh kami berdua. Dari jauh, kami lebih mirip dua roti
tawar yang diolesi dengan mayones.
"Selamat ulang tahun yang ke-18, anakku," sambungnya, "Ini hadiah Papa untukmu."
"Terima kasih, Pa," balasku, "Saya suka sekali dengan hadiah ini." Kucium papaku dengan mesra.
"Papa
cinta padamu, anakku. Papa ingin agar kita selalu bersama, tak
terpisahkan. Papa akan menjagamu selamanya, nak. Papa hanya minta
cintamu sebagai balasannya."
"Papa tak perlu meminta hal itu. Saya
juga cinta Papa. Saya terharu Papa pun memikirkan hal yang sama. Saya
sayang Papa," kataku, merangkulnya erat-erat.
Air mata bahagia
mengalir, membasahi pipiku. Saya tak peduli apa pandangan masyarakat,
moral dan agama tentang hubungan incest homoseks ini. Yang kutahu adalah
papaku dan saya saling mencintai. Takkan ada yang dapat menghalangi
kami. Hari-hari kami selanjutnya selalu diisi dengan seks, seks, dan
seks. Kami seakan tak pernah puas. Sayang sekali tak semua ayah dan anak
memikirkan hal yang sama dengan yang kami pikirkan.
Mereka tak tahu apa
yang telah mereka lewatkan!
-❒- Cerita ngentot dewasa Seks Cewek Cantik Yang Kesepian.Cewek Jepang Putih Mulus Telanjang Bugil
BalasHapus-❒- Video Hot : Kelakuan Sepasang Abg Berkerudung Ditepi Pantai..Romantis & Hot.
-❒- Pesta Dugem : Trend Abg Jaman Sekarang.. Dunia Malam Jadi Primadona..??
-❒- Koleksi Photo Hot & Bugil Abg Sma Yang Lagi Naik Daun.Mulus Susunya
-❒- Video Hot : Adegan Mesum Tyas Mirasih Dalam Kolam Renang..Mantap Cipokannya
-❒- Video Hot : Ngintip Sepasang Abg Ngentot di Hutan Belantara.
-❒- Senyuman Vagina : Senyuman Bibir Bagian Yang Manakah ini..?
-❒- Senyuman Manis Gadis Spg Bispak : Permainan Ranjang Yang Hot.
-❒- Kumpulan Gadis Manis Lagi pamer Susu Puting Mungil..Manis
-❒- Video Hot : Ngentot Hot Dalam Bilik warnet..Nekat Banget.
-❒- Koleksi Berbagai Gaya Ngentot Hot..mantap. Cara Membuat Wanita Terangsang Dengan Cepat
-❒- Adegan Ngentot Hot Miyabi yang Bikin Nafsu...Akhh Ughh
-❒- Maen Game : Koleksi Kelakuan Aneh Abg Maen Komputer Sambil Bugil.
-❒- Colection Abg Jepang Yang Imut Denga Toket Yang Besar..Mantap
-❒- Sekretaris Pribadi Lagi Pamer Susu & Memek Putih.
-❒- Abg Ngangkang Pamer Memek Lubang Sempit..Menganga Gan.
★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★
╔══╗═════╔╗═════
╚╗╔╬═╦═╦═╣╠╦╦╦╦╗
═║║║╩╣║║╬║═╣║║║║
═╚╝╚═╩╩╬╗╠╩╬╗╠═╝
═══════╚═╝═╚═╝══
★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★
This Is My Facebook Link, Add Me If You Need A Good Friend